Candi Bubrah
TRIBUNNEWSWIKI.COM â" Candi Bubrah merupakan candi Budha yang dibangun sekitar abad ke-9.
Candi ini terletak di lingkup Candi Prambanan, tepatnya di antara Candi Roro Jonggrang dan Candi Sewu.
Secara administratif, candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Bubrah dalam bahasa Jawa artinya hancur dan candi ini ditemukan dalam kondisi hancur berantakan, sehingga dinamakan Candi Bubrah.
Candi yang terbuat dari jenis batu andesit ini dibangun pada zaman Kerajaan Mataram Kuno semasa dengan Candi Sewu dengan ukuran 12 x 12 meter.
Saaat ditemukan, candi ini hanya meyisakan runtuhan setinggi 2 meter saja.
Pada tahun 2016, mulai dilakukan perbaikan pada bangunan candi ini dan rampung pada tahun 2017. (1)
Baca: Rumah Cut Nyak Dien
Candi Bubrah diyakini didirikan satu masa dengan Candi Sewu dan Candi Lumbung.
Ketiganya menjadi satu kesatuan bercorak Budha.
Menurut sejarah, candi ini dibangun oleh pemimpin dinasti Syailendra, Rakai Panangkaran yang disebut sebagai Syailendra Wangsa Tilaka, atau mutiara keluarga Syailendra.
Ia diperintah ayahnya untuk berpindah agama dari Siwa (Hindu) menjadi Budha dan menjadi Budhist yang taat.
Ia juga membangun Candi Kalasan, persembahan untuk Dewi Tara, bahkan juga mendirikan Candi Sari dan Candi Sewu.
Ketika seluruh candi tersebut sudah selesai, Rakai Panangkaran tidak dapat meresmikannya lantaran telah tiada.
Akhirnya, peresmian tersebut dilakukan oleh penggantinya yang Rakai Panaraban.
Candi Bubrah merupakan bangunan tunggal menghadap ke Timur.
Awal mula keberadaannya dikenali sekitar abad 17 ketika utusan VOC, FC.Lons berkunjung ke daerah Keraton Mataram.
Namun, setelah itu, eksistensinya seakan tidak dipedulikan,
Hingga sekitar tahun 1807 HC. Cornelius membuat gambar Candi Sewu dan beberapa candi lain di sekitarnya.
Pada tahun 1817, karyanya dipublikasikan oleh Raffles pada buku âHistory of Javaâ.
Pada tahun 1825-1830, terjadi Perang Jawa yang mengakibatkan candi-candi mengalami kerusakan.
Hal itu dikarenakan batu-batu candi dan arca-arca yang ada di sana, diambil dan dipakai sebagai bahan untuk membangun benteng pertahanan.
Sekitar tahun 1913, keberadaan Candi Bubrah disebut kembali dalam sebuah laporan Rapporten Oudheidkundige Dienst (ROD).
Laporan tersebut menyebutkan bahwa Candi Bubrah dalam kondisi rusak.
Keadaan tersebut terjadi sampai tahun 2011.
Hal itulah yang menjadi latar belakang pemberian nama Candi Bubrah.
Pada tahun 2016 mulai dilakukan perbaikan dan selesai pada tahun 2017. (2)

Baca: Kompleks Candi Dieng
Candi Bubrah ini hanya terdiri satu bangunan yang menjulang tinggi dengan atap stupa yang merupakan simbol dari Gunung Meru.
Stupa tersebut dikelilingi 8 stupa kemudian dikelilingi lagi 16 stupa.
Pada bagian luar candi terdapat relung-relung yang berisi arca Dhyani Buddha.
Di antaranya, relung utara terdapat arca Dhyani Buddha Amoghasiddhi, relung barang berisi arca Dhyani Buddha Amitabha, relung selatan terdapat arca Dhyani Buddha Aksobhya dan relung timur terdapat arca Dhyani Buddha Aksobhya.
Arca tersebut memiliki perbedaan yaitu terletak pada kondisi tangan dan posisi duduknya.
Candi ini juga memiliki motif dan pada bagian pagar langkan sisi luar terdapat motif dengan hiasan ceplok bunga.
Hiasan menarik lainnta terletak pada bagian Jaladwara, merupakan makhluk yang digambarkan dengan gigi taring, memiliki belalai, bergelung dan bersurai dengan mulut yang terbuka.
Simbol jaladwara ini memiliki berfungsi sebagai pembuangan air.
Terdapat dua konsep pada candi ini, yaitu Vajradatu dan Garbhadhatu.
Konsep ini tidak bisa dijumpai pada candi lain dan dikenal oleh umat Hindu sebagai Lingga dan Yoni.
Konsep tersebut menggambarkan maskulinitas dan feminitas yang melambangkan kehidupan semesta.
Konsep Vajradatu ditunjukkan oleh keberadaan Dhyani Buddha dengan menghadap empat arah mata angin.
Sementara konsep Garbhadhatu dilambangkan dengan altar dan relung untuk Tri Ratna yang digambarkan dengan 16 kelopak sebagai elambang dari 16 Boddhisatwa utama.
Penggabungan dua konsep mandala tersebut dipercaya sebagai bentuk perwujudan Yab Yum, yaitu ayah dan ibu yang agung. (3)
Baca: Candi Kethek
Untuk harga tiket masuk seharga Rp 30.000 per orang.
Pengunjung sudah bisa menikmati beberapa candi yang ada di komplek Candi Prambanan.
Sementara untuk biaya parkir tergantung jenis kendaraan.
Biaya parkir untuk kendaraan roda empat yaitu Rp 5.000, mini bus Rp 10.000 dan bus besar Rp 15.000.
Candi ini menyediakan beberapa fasilitas yaitu, lapangan parkir yang luas, masjid, tempat untuk istirahat, tempat makan dan toko-toko souvenir. (2)
Baca: Kota Padang Sidempuan
(TribunnewsWiki.com/Atika)
Belum ada Komentar untuk "Candi Bubrah"
Posting Komentar